KARATE

Pedoman Karate-Do KKI


PEDOMAN KARATE-DO
  1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
  2. SETIA PADA BANGSA DAN TANAH AIR INDONESIA
  3. BERSIFAT JUJUR DAN SPORTIF
  4. BERJIWA TABAH
  5. BERANI
  6. BERJIWA SUKA MENOLONG SESAMA
  7. DISIPLIN
  8. DAPAT MENGUASAI DIRI
  9. BERSIFAT KSATRIA DAN SOPAN SANTUN
  10. SETIA PADA JIWA KARATE-DO

    Arti Lambang KKI

    1. Bentuk Lambang  KKI terdiri dari Bunga Melati dengan Kelopak warna Putih dengan bulatan Pusat Merah Putih.
    2. Arti Lambang : Sebagai Lambang Kesatuan dan Persatuan dari Keluarga Besar Anggota KKI seluruh Indonesia.
    3. Lambang KKI terdiri dari :
    • Bunga melati yang sedang mekar berwarna putih dan berjumlah 5 melambangkan pemuda dan pemudi yang sedang mekar, sedangkan 5 daun bunga melambangkan 5 sila Pancasila.
    • Tulisan KUSHIN RYU M KARATE-DO INDONESIA yang berwarna hitam melingkar menunjukkan aliran karate yang dianut dengan sabuk hitamnya yaitu Aliran Khusin Ryu.
    • Warna merah putih yang bulat ditengahnya melambangkan bendera Nasional.
    • Tulisan Indonesia yang berorientasi dari bentuk tulisan Bhineka Tunggal Ika pada lambang Negara, melambangkan keBhinekaan anggota KKI yang berarti bahwa KKI bermaksud dan mengharapkan agar seluruh anggota-anggota KKI beserta segala keBhinekaannya, dibarengi dengan jiwa mental yang suci dan keberanian yang luhur serta berlandaskan ideologi Negara Pancasila membulatkan tekad kesatuan seutuhnya, khususnya pemuda pemudi dalam rangka mewujudkan ketahanan Nasional melalui perkumpulan olahraga beladiri KARATE yang beraliran KUSHIN RYU.

      Kushin Ryu M Karatedo

      Pendiri KUSHIN RYU Karate Do adalah Kiyotada Sannosuke Ueshima yang lahir pada tahun 1893 di wilayah Hyogo (Kobe) , di Kota Akou – Jepang.
      Setelah berusia 3 tahun ia mulai belajar seni beladiri  (aliran Konshin Yujoyutsu) di Akademi Matsubara di Kota Akou dibawah bimbingan guru Kiyotaka Kajei Matsubara.
      Menginjak usia 9 tahun  ia mulai  mengenal  Tuan Sugaya atau Jigaya.  Seorang pegawai kepolisian di kota Akou, ia seorang penduduk asli Okinawa. Dari dialah Ueshima mulai belajar  bentuk-bentuk Karate Kata Channan dan Kata Kushanku (Kata Channan merupakan dasar Kata Pian yang diciptakan Ankou Itosu , salah satu kata orisinil yang dikembangkan dan dirubah menjadi KATA PIAN).
      Pada tahun 1918, saat berusia 25 tahun, Ueshima menerima gelar secara serempak  sebagai ahli aliran Konshin Yujoyitsu dari tangan Guru Matsubara  dan guru  Guikyo Masazi Akada  sebagai Guru terakhirnya  dan juga guru dari Matsubara sendiri.
      Kemudian, Ueshima pindah ke kota Osaka, disana ia mulai membuka Akademi Konshin – Ryu Yujoyitsu.
      Pada dekade awal abad ke 20, beberapa guru karate tiba di Okinawa di kota Osaka, bersama-sama mereka, Ueshima mempelajari dan mempraktikan cabang beladiri ini .
      Mereka adalah :
      1, Choki Motobu, mengajar  Aliran Tomari-Ja .
      2, Kanamori Kinzyo, mengajar  aliran  Shorin and Goju.
      3, Choshin Chibana, pendiri dan guru aliran  Shorin .
      Pada tahun 1932 Ueshima mendirikan Aliran Karate Kushin Ryu, ini merupakan hasil  dari penggabungan aliran  Konshin-Ryu Yujoyitsu dengan unsur-unsur Karate yang ia tambahkan didalamnya.
      Pada tahun 1895 Organisasi Beladiri Jepang yang pertama didirikan disebut  Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association).
      Pada tahun 1933, Ueshima menerima gelar Guru JUDO (KYOSHI) dari Association of Martial Virtue of the Great Japan.
      Juga pada tahun 1935 dan untuk pertama kalinya di Jepang, Dewan Asosisasi Beladiri Jepang yang terhormat menganugerahi dia gelar Guru Karate (KYOSHI) dengan dua orang lainnya. Para guru yang menerima tanda kehormatan pada kesempatan itu adalah :
      1, Choyun Miyagi ( Pendiri aliran  Goju )
      2, Kiyotada Sannosuke Ueshima ( Pendiri Aliran Kushin )
      3, Yasuhiro Konishi ( Pendiri Aliran Shindo Shizen)
      Pada tahun 1946 akhir yaitu perang Dunia  ke II terjadi pembubaran Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association)
      Pada tahun 1965, beliau menerima gelar Dan 8 Judo Kodokan, Guru Kanamori Kinzyo , guru aliran Shorin dan Goju dan Guru karate Ueshima, kembali ke Okinawa disana dan ia mengembangkan Aliran Kushin.
      Pada tahun 1940 Guru Kinzyo  menerima gelar Guru Karate (RENSHI) dari Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association)
      Pada tanggal  6 September 1987, pada usia 94 tahun,  Kiyotada Sannosuke Ueshima, pendiri Kushin Ryu, meninggalkan para murid untuk selama-lamanya  di kota Osaka. Saat ini President (Soke) kedua  Kushin Ryu saat ini dipimpin oleh Ph. Dr HORYUU MATSUZAKI.
      :: SEJARAH KKI ::
      Aliran perguruan KKI (Kushin Ryu M Karate-do Indonesia) lahir pertama kali di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1966. Organisasinya sendiri resmi berdiri setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 11 April 1967. Aliran Kushin Ryu di Indonesia diperkenalkan oleh Sensei Horyu Sinya Matsuzaki, yang kini menyandang gelar sebagai Presiden Kushin Ryu Se-Dunia.
      Kepengurusan pertama KKI dipercayakan kepada Letjen (Alm) Sarwo Edhi Wibowo dan Seno Hartono. Saat ini, kepengurusan KKI Pusat periode 2002 – 2006, dinakhodai oleh DR. Oesman Sapta, yang menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI.









      Karate dan Sejarahnya


      Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan’. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyinkongshou).
      Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
      1. Shotokan
      2. Goju-Ryu
      3. Shito-Ryu
      4. Wado-Ryu
      Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
      Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam “4 besar WKF”.
      Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO – World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat “tanpa kontak langsung”, berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang “kontak langsung”.
      Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
      1. Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.
      2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
      3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
      Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.
      :: Sejarah Karate ::
      Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.
      Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
      Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.
      Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti “Ryukyu Kempo : Karate” dan “Karate-do Kyohan”. Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
      Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.
      Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.
      Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
      Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.
      Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.
      Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu, Wadoryu dan Shitoryu.
      :: Sejarah Karate di Indonesia ::
       Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.
      Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
      Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
      Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
      Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :
      Periode/Masa BaktiKetua UmumSekretaris Jenderal/UmumKeterangan
      1972 – 1977Widjojo SuyonoOtoman NuhKongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
      1977 – 1980S u m a d iRustam IbrahimKongres V FORKI 1977 di Jakarta
      1980 – 1984Subhan DjajaatmadjaG.A. PesikKongres VI FORKI 1980 di Jakarta
      1984 – 1988R u d i n iAdam SalehKongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
      1988 – 1992R u d i n iG.A. PesikKongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
      1992 – 1996R u d i n iG.A. PesikKongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
      1997 – 2001W i r a n t oDrs. Hendardji -S,SH.Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
      2001 – 2005Luhut B. Pandjaitan, MPA.Drs. Hendardji -S,SH.Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
      2005 – 2009Luhut B. Pandjaitan, MPA.Drs. Hendardji -S,SH.Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
      Sumber :









      Istilah – Istilah Penting Dalam Karate


      • OSHINEBU (OSH) : Siap menjalankan perintah dengan ksatria
      • DOJO : Tempat dimana karateka berkumpul untuk berlatih seni beladiri karate
      • BUSHIDO : Semangat Samurai, Jujur, Sportif
      • EMBHI / EMBHU : Sabuk Karate
      • KARATE-GI / TE-GI : Baju Karate
      • KARATE KA : Anggota Karate

        History of Karate

        SEJARAH KARATE

        Ilmu bela diri sebenarnya sudah dikenak semenjak manusia ada, hal ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan purbakala antara lain: kapak-kapak batu, lukisan-lukisan binatang yang dibunuh dengan senjata seperti tombak dan panah. Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Tersebutlah pada 4.000 tahun yang lalu, setelah Sidartha Gautama pendiri Budha wafat, maka para pengikutnya mendapat amanat agar mengembangkan agama Budha keseluruh dunia. Namun karena sulitnya medan yang dilalui, maka para pendeta diberikan bekal ilmu bela diri. Misi yang ke arah Barat ternyata mengembangkan ilmu Pangkration atau Wrestling di Yunani. Misi keagamaan yang berangkat ke arah Selatan mengembangkan semacam, pencak silat yang kita kenal sekarang ini. Salah satu misi yang ke Utara menjelajahi Cina menghasilkan kungfu (belakangan di abad XII, kungfu dibawa oleh pedagang Cina dan Kubilaikhan kenegara Majapahit di Jawa Timur). Dari Cina rombongan yang ke Korea menghasilkan bela diri yang kemudian kita kenal dengan Taekwondo. Dari Korea ternyata rombongan tidak dsapat meneruskan perjalanan ke Jepang, tetapi berhenti hanya sampai di kepulauan Okinawa. Tidak berhasil masuknya rombongan ke Jepang, karena di Jepang saat itu sudah mengembangkan ilmu bela diri Jujitsu, yudo, kendo dan ilmu pedang (kenjutsu). Namun sejarah mencatat bahwa pasda tahun 1600-an, Kerajaan Jepang telah menguasai Okinawa. Kerajaan Jepang telah memerintah Okinawa dengan tangan besi, penduduk dilarang memiliki senjata tajam, bahkan orang tua dilarang memakai tongkat. Diam-diam bangsa yang terjajah ini mempelajari ilmu bela diri dengan tangan kosong yang waktu dikenal dengan nama TOTE. Dari satu teknik ke teknik lainnya, ilmu bela diri diperdalam dan para pendeta ikut mendorong berkembangnya ilmu bela diri TOTE ini. Kemudian pada tahun 1921 seorang penduduk Okinawa bernama Funakoshi Gitchin memperkenalkan ilmu bela diri dari TOTE ini di Jepang, dan namanya pun berubah menjadi karatre, sesuai dengan aksen Jepang dalam cara membaca huruf kanji. Sejak saat itu karate berkembang dengan pesat di Jepang.KARATE DI INDONESIAKarate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Muchtar dan Karyanto mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan PORKI. Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967). Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Adapun mereka yang pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PB. FORKI sejak tahun 1972 sampai dengan saat ini adalah: 1972-1977: Ketua Umum: Widjojo Sujono, Sekretaris Jenderal: Otoman Nuh 1977-1980: Ketua Umum: Sumadi, Sekretaris Jenderal: Rustam Ibrahim 1980-1984: Ketua Umum: Subhan Djajaatmadja, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 1984-1988: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: Adam Saleh 1988-1992: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 1992-1996: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 1997-2001: Ketua Umum: Wiranto, Sekretaris Umum: Hendardji-S 2001-2005: Ketua Umum: Luhut B. Panjaitan, Sekretaris Umum: Hendardji-SPERGURUAN KARATE ANGGOTA FORKI1. AMURA 2. BKC (Bandung Karate Club) 3. BLACK PANTHER 4. FUNAKOSHI 5. GABDIKA SHITORYU (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu) 6. GOJUKAI 7. GOJU RYU ASS 8. GOKASI (Goju Ryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia) 9. INKADO (Indonesia Karate-Do) 10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia) 11. KALA HITAM 12. KANDAGA PRANA 13. KEI SHIN KAN 14. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia) 15. KKI (Kushin Ryu Karate-Do Indonesia) 16. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia) 17. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia) 18. MKC (Medan Karate Club) 19. PERKAINDO 20. PORBIKAWA 21. PORDIBYA 22. SHINDOKA 23. SHI ROI TE 24. TAKO INDONESIA 25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia). source : FORKI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "KARATE"

Posting Komentar